Poster: Sarana Pergerakan Revolusi Nasional Indonesia
By: Heni Widya
Revolusi Nasional Indonesia ialah konflik bersenjata serta pertentangan diplomasi antara Republik Indonesia sebagai negara yang baru merdeka melawan Kerajaan Belanda beserta Sekutunya yang diwakili oleh Inggris.[1] Pada masa tersebut telah dikenal adanya organisasi perkumpulan seniman yang bernama “Pusat Tenaga Pelukis Indonesia” yang secara aktif menekuni bidang seni lukis. PTPI bersinergi bersama Jawatan Penerangan Jawa Tengah memproduksi poster — poster propaganda baik dalam bentuk cetak maupun pancang. Poster — poster tersebut tidak hanya sekedar mengandung nilai — nilai estetika yang dapat dinikmati melalui pancaindra semata, lebih dari itu, poster sesungguhnya juga menyimpan fungsi — fungsi sosial. Pada era Revolusi Fisik kisaran tahun 1945 -1949, poster acapkali dijadikan sebagai sarana persuasi menarik simpati masyarakat Indonesia dengan tujuan menggugah kesadaran segenap lapisan bangsa Indonesia mengenai betapa pedihnya penderitaan yang tengah dihadapi bangsa. Maka tidak mengherankan apabila desain poster maupun plamfet pada masa Revolusi Fisik sangat identik dengan seruan — seruan provokatif.
Gambar.1 Poster sikap perlawanan terhadap penjajah
Sumber: Poster Penyulut Semangat Juang | The Nurdayat Foundation (wordpress.com)
Para seniman di Era Revolusi Kemerdekaan Indonesia (1945- 1949) seringkali menyelipkan unsur — usur propaganda dalam setiap karya posternya dengan tujuan membangkitkan semangat perjuangan bangsa di tengah intervensi dan konfrontasi yang dilakukan oleh pemerintah Belanda melalui pihak Sekutu. Poster memiliki peranan yang sentral dalam Agresi Militer Belanda II tahun 1948 di Yogyakarta yang saat itu berkedudukan sebagai ibukota negara. Terdapat dua bagian fungsi poster, yakni Poster pra-Agresi Militer II dan Poster pasca- Agresi Militer II. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Fokus utama poster Pra-Agresi Militer II berkaitan erat dengan upaya provokasi dan sarana informasi perjuangan rakyat sedangkan fungsi Poster pra- Agresi Militer II ialah untuk membina khalayak ramai (masyarakat) serta respon terhadap provokasi yang dilakukan oleh musuh.
Gambar 2. Poster Propaganda Kemerdekaan Indonesia
Sumber: Unite,independence indonesia propaganda poster (1945) : PropagandaPosters (reddit.com)
Selain sebagai sarana menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap perjuangan bangsa, karya poster era Revolusi Nasional Indonesia juga mengandung fungsi — fungsi berupa[2]:
Sarana Penerangan dan Provokasi Kepada Musuh
Gambar 3. Poster seruan menyambut hasil Perundingan Linggarjati dengan tenang
Sumber: Lukisan Revolusi Rakjat Indonesia
Poster — poster jenis ini bertujuan menerangi masyarakat umum mengenai agenda — agenda politik yang dihadapi bangsa Indonesia serta seruan — seruan provokatif yang ditujukan kepada Pemerintah Belanda. Misalnya, hasil Linggarjati sekalipun menuai pro dan kontra tetapi pemerintah Indonesia berupaya menyerukan kepada rakyat untuk tetap menerima naskah tersebut dan menghindari percikan — percikan perang saudara akibat ketidakpuasan hasil Perundingan Linggarjati.
Pembinaan Kalangan Pejuang
Dalam menaklukan lawan, Belanda identik dengan taktik devide et impera. Taktik tersebut juga lumrah diimplemetasikan oleh Belanda dengan sasaran para pejuang Indonesia. Poster jenis ini bertujuan sebagai peringatan bagi pejuang — pejuang agar tidak mudah diadu domba dan dipecah belah oleh Belanda.
Pembinaan Masyarakat Umum
Poster jenis ini memiliki fungsi pembinaan kesadaran masyarakat dengan tujuan akhir menggugah semangat nasionalisme serta partisipasi masyarakat dalam perjuangan revolusi dengan cara mengakomodasi para pejuang di garda terdepan perlawanan.
Jawaban Atas Provokasi Musuh atau Lawan
Gambar.3 Poster Seruan Provokatif atas kedatangan UNO ke Indonesia
Sumber: Poster Penyulut Semangat Juang | The Nurdayat Foundation (wordpress.com)
Pihak lawan kerapkali menyebarkan poster dan pamflet bermuatan kabar — kabar hoax yang berujung pada kekhawatiran dan kebimbangan masyarakat secara luas. Ketika era Revolusi Nasional Indonesia utamanya pada Agresi Militer Belanda II, Belanda mengklaim telah menguasi wilayah Yogyakarta. Sebagai bentuk jawaban provokasi tersebut maka dibuatlah poster bertuliskan “Negara Republik Indonesia tetap Tegak” sebagai respons terhadap klaim dilakukan oleh Belanda terhadap wilayah ibukota Indonesia saat itu, Yogyakarta.
[1] Baskoro Suryo Banindro. Daya Gagas Poster dalam Pergerakan dan Kebebasan Revolusi Indonesia 1945–1965. Jurnal Seni Rupa & Desain. Hlm 68
[2] Limah, Hutri dkk. Poster dan Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta Tahun 1945–1949. Jurnal of Indonesia History 7 (1) (2018)