BUDAYA RAMADHAN DI BERBAGAI NEGARA

Kalori KSBA
7 min readApr 3, 2024
Photo: Pinterest

I. Pendahuluan

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat dinantikan oleh seluruh umat Islam di berbagai negara. Kemeriahan dalam menyambut bulan suci ini pun sangat terasa di setiap negara dengan tradisi yang berbeda-beda pula. Tradisi dalam menyambut Bulan suci Ramadhan di berbagai negara dapat dikatakan sebagai bagian dari budaya Islam yang berbaur dengan kebudayaan lokal negara tersebut karena diturunkan dari generasi ke generasi. Semua tradisi dalam menyambut Bulan Ramadhan muncul karena terdapat kesamaan pemikiran dan keyakinan tentang pentingnya bulan Ramadhan, sehingga diperlukan persiapan untuk menyucikan diri dalam menyambut Bulan Ramadhan. Berikut ini merupakan tradisi-tradisi unik yang terdapat di berbagai negara dalam rangka menambah kemeriahan bulan Ramadhan.

II. Budaya Ramadhan di Negara Mayoritas Muslim

A. Arab Saudi

Photo: Pinterest

Bulan Ramadhan adalah bulan yang spesial bagi umat muslim. Selain menjalankan ibadah puasa, di beberapa negara terdapat tradisi/budaya unik yang dilakukan selama bulan Ramadhan, salah satunya adalah Arab Saudi. Sebagai negara mayoritas muslim, ketika bulan Ramadhan tiba Arab Saudi memiliki budaya dan tradisi yang menarik untuk diketahui. Sejumlah tradisi tersebut masih dilestarikan hingga saat ini. Berikut adalah sejumlah tradisi Ramadhan di Arab Saudi:

  1. Gargee’an

Gargee’an adalah perayaan yang terjadi dua kali dalam setahun Islam pada 15 Sya’ban dan 15 Ramadhan seperti dikutip dari Arab News. Keajaiban Gargee’an telah menyatukan komunitas-komunitas di seluruh Arab Saudi selama berabad-abad, dengan rumah-rumah yang dihias dengan lampu-lampu yang mempesona, dan musik yang bergema di jalanan. Dalam tradisi ini, anak-anak mengenakan pakaian tradisional. Kemudian, mereka pergi dari pintu ke pintu sambil bernyanyi dan bertukar permen dan kacang, terutama kacang tanah, dan terkadang mainan kecil. Jalan-jalan sesekali ditutup untuk memastikan keamanan orang-orang berjalan saat perayaan dimulai.

2. Makanan Khas Ramadhan

Arab Saudi juga memiliki makanan dan minuman khas Ramadhan yang tentunya memiliki sejarah panjang dan istimewa. Untuk berbuka puasa, ada kebiasaan yang terkenal yaitu berkumpul di rumah kepala keluarga. Seringkali keluarga berbuka puasa dalam dua tahap, yakni berbuka puasa terlebih dahulu dengan gahwa (kopi Arab) dan kurma, kemudian dilanjutkan dengan hidangan utama dan shalat Maghrib.

Adapun berbagai menu khas Ramadhan di Arab Saudi diantaranya adalah subiya atau sobyah, syurbah, dan samosa. Subiya adalah sejenis minuman fermentasi sehingga rasanya agak asam. Syurbah adalah bubur gandum yang dicampur dengan ayam atau kambing. Sedangkan Samosa adalah sejenis kue pastel yang mirip seperti di Indonesia.

B. Lebanon (Tembakan Meriam setiap buka puasa di Lebanon)

Photo: kumparan.com

Tembakan meriam mungkin terdengar mengerikan dan mengganggu. Tetapi hal ini justru menjadi salah satu tradisi yang ditunggu-tunggu saat Ramadan, terutama di Lebanon. Di beberapa negara Timur Tengah, meriam ditembakkan setiap hari selama bulan Ramadhan untuk menandai berakhirnya puasa pada hari itu. Tradisi ini juga dikenal sebagai Midfa al Iftar. Konon tembakan meriam ini dimulai di Mesir lebih dari 200 tahun lalu ketika negara tersebut diperintah oleh penguasa Ottoman, Khosh Qadam. Pada saat itu, Qadam sebenarnya tengah menguji meriam baru yang dimiliki negara itu. Akan tetapi Qadam secara tidak sengaja menembakkannya dan warga sipil kemudian berasumsi bahwa ini adalah cara baru untuk menandakan berakhirnya puasa. Banyak orang yang berterima kasih atas inovasinya dan putrinya, Haja Fatma, mendesak untuk menjadikan hal ini sebagai tradisi. Praktik ini menyebar ke banyak negara di Timur Tengah termasuk Lebanon, di mana meriam digunakan oleh Ottoman untuk menandai buka puasa di seluruh negeri.

III. Budaya Ramadhan di Negara Minoritas Muslim

  1. Kanada
Photo: sbs.com.au

Sebagai suatu negara dengan penduduk minoritas Muslim, bulan Ramadhan di Kanada tidak terlalu meriah seperti di Indonesia dan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim lainnya. Hal ini ditandai dengan kurangnya kemeriahan, minimnya perhiasan dengan tema Ramadhan di ruang publik, dan kesadaran masyarakat non-Muslim tentang Ramadhan yang minim. Namun, hal ini bukan berarti bulan Ramadhan di Kanada dianggap seperti hari-hari biasanya.

Di beberapa tempat seperti beberapa supermarket, tetap ada perhiasan dan pernak-pernik bertema Ramadhan yang tertempel di area tersebut serta potongan harga bagi produk-produk wajib bulan Ramadhan seperti kurma. Namun, hal tersebut tidak berlaku di seluruh Kanada, bahkan tidak semua supermarket di Kanada memiliki pernak-pernik bertema Ramadhan serta potongan harga bagi produk-produk tertentu. Hal ini justru membuat komunitas Muslim di Kanada lebih mengenal satu sama lain, sehingga komunitas Muslim di Kanada lebih akrab. Biasanya mereka membuat janji bersama untuk melakukan ibadah dan banyak hal lainnya.

2. Australia

Photo: liputan6.com

Di Australia, umat Muslim juga menjalani puasa selama bulan Ramadhan seperti umat Muslim di negara lain. Meskipun Australia adalah negara dengan mayoritas penduduk non-Muslim, ternyata terdapat komunitas Muslim yang cukup besar di sana. Di Australia, terdapat toleransi yang tinggi terhadap bulan Ramadhan. Warga Australia memiliki pemahaman dan penghormatan terhadap praktik berpuasa dan ibadah Muslim. Mereka menghargai kebebasan beragama dan memastikan bahwa umat Muslim dapat menjalankan ibadah mereka dengan tenang dan nyaman.

Salah satu contoh toleransi di Australia adalah pengaturan waktu berpuasa yang disesuaikan dengan kondisi geografis. Karena Australia terletak di belahan bumi selatan, waktu berpuasa di sana lebih singkat dibandingkan dengan Indonesia. Misalnya, waktu imsak di Australia sekitar pukul 05.30 pagi. Namun, meskipun waktu berpuasa lebih singkat, warga Australia tetap menghormati praktik berpuasa umat Muslim. Selain itu, hal unik juga terjadi di Australia dimana durasi berpuasa di Australia dapat mencapai sekitar 18 jam tergantung pada lokasi geografisnya dan waktu dalam setahun. Beberapa sumber menyebutkan bahwa durasi berpuasa di Australia dapat mencapai sekitar 18 jam pada tahun-tahun tertentu namun juga tergantung pada wilayah dan letak geografisnya.

Warga Australia menghormati praktik berpuasa umat Muslim selama bulan Ramadhan dengan berbagai cara, seperti toleransi di tempat kerja dan sekolah dengan banyaknya tempat kerja dan sekolah di Australia yang memberikan fleksibilitas kepada karyawan dan siswa Muslim selama bulan Ramadhan. Mereka memperhatikan kebutuhan individu yang berpuasa, seperti memberikan waktu istirahat yang cukup untuk berbuka puasa atau mengatur jadwal yang memungkinkan untuk menjalankan ibadah. Selain itu, mereka menyediakan restoran dan makanan halal. Terdapat banyak restoran dan tempat makan yang menyediakan makanan halal selama bulan Ramadhan. Hal ini memudahkan umat Muslim untuk menikmati hidangan yang sesuai dengan aturan makanan halal saat berbuka puasa atau sahur.

Di sisi lain, toleransi dalam bentuk penghormatan di tempat ibadah dimana Warga Australia juga menghormati praktik berpuasa umat Muslim dengan memberikan ruang dan waktu yang cukup di tempat ibadah. Mereka memahami pentingnya ibadah dan menjaga suasana yang tenang dan khusyuk bagi umat Muslim yang sedang beribadah. Semua tindakan ini menunjukkan sikap penghormatan dan toleransi warga Australia terhadap praktik berpuasa umat Muslim selama bulan Ramadhan.

IV. Budaya di Indonesia dalam Menyambut Bulan Ramadhan

Photo: people.howstuffworks.com

Ramadhan memang menjadi bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam Indonesia. Selain puasa sebulan penuh, suasana Ramadhan tahunan juga dirindukan. Dari shalat tarawih berjamaah, puasa bersama, hingga momen ngabuburit bersama orang tersayang. Tak heran jika kehadirannya setahun sekali selalu disambut hangat oleh masyarakat Indonesia. Meleburnya budaya dan ajaran Agama Islam membuat Indonesia memiliki tradisi unik dalam setiap perayaan keagamaan. Tradisi saat menyambut bulan Ramadhan adalah salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Di Indonesia, ada sejumlah tradisi menyambut Ramadhan yang sangat populer dan sudah lama dilakukan masyarakat. Dalam hal ini, setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki tradisinya tersendiri. Lalu, apa saja tradisi dalam menyambut Ramadhan yang populer di Indonesia?

1. Dugderan (Jawa Tengah)

Dugderan adalah tradisi merayakan bulan Ramadhan yang dilakukan oleh umat Islam di Semarang, Jawa Tengah. Tradisi ini juga merupakan festival rakyat tahunan masyarakat Semarang. Tradisi Dugderan sudah ada sejak tahun 1881. Dugderan merupakan hasil gabungan tradisi tiga suku yang mendominasi masyarakat Semarang, yaitu Jawa, Tionghoa, dan Arab. Nama Dugderan diambil dari bunyi bedug yang ditabuh, yaitu “dug” dan “der”. Tradisi ini melibatkan pemukulan genderang untuk menandai awal Ramadhan. Tradisi ini dihidupkan dengan ikon warak ngendhog, sebuah atraksi replikasi yang menyerupai binatang berkaki empat yang berkepala mirip naga.

2. Nyorog (Betawi)

Masyarakat asli Jakarta atau suku Betawi mempunyai banyak tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satunya adalah tradisi Nyorog atau praktik membagikan paket sembako kepada anggota keluarga yang lebih tua. Tradisi Nyorog lebih dari sekedar mengirimkan makanan. Tradisi menyambut Ramadhan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan, sekaligus menjalin silaturahmi guna mempererat tali persaudaraan antar umat.

3. Munggahan (Sunda)

Munggahan sendiri berasal dari kata “unggah” yang artinya “bangkit”. Munggahan artinya memajukan bulan suci, atau bulan yang mempunyai derajat lebih tinggi dari bulan-bulan lainnya. Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan menyucikan diri dari keburukan yang dilakukan pada tahun sebelumnya. Munggahan biasanya dilakukan 1 hingga 2 hari sebelum Ramadhan. Tradisi ini sudah ada sejak masuknya ajaran Islam ke tanah Sunda, dilakukan dengan botram atau makan bersama, saling meminta maaf, mengunjungi rumah keluarga dan kerabat serta membersihkan tempat ibadah dan kuburan keluarga. Munggahan dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT dan sebagai upaya menyucikan diri dari hal-hal buruk sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.

V. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap negara tentunya memiliki tradisi dan budaya Ramadhan tersendiri sesuai dengan kearifan lokal masing-masing masyarakatnya.

Writer: Patrick, Rossad, Bill, Thalia, Novia, Diena, Riana (Foreign Language and Culture Department)

--

--