Amor Fati: The Importance of Acceptance
By: Syifaa Nabila
Saat kecil, kita memiliki pandangan yang amat optimis mengenai masa depan. Persepsi mengenai kehidupan begitu sederhana di masa itu, seakan semuanya akan berjalan sesuai dengan apa yang kita rencanakan sebelumnya. Tertawalah! Berita pahitnya, cerita manusia tidak semanis itu. Seiring bertambahnya usia, setiap individu akan menghadapi hal-hal di luar dugaan mereka yang bahkan tidak sempat dibayangkan oleh kita yang hanya bisa bermain dan berimajinasi ketika masih anak-anak. Masalah pekerjaan, keuangan, percintaan, hubungan keluarga, dan gejolak diri, kita tidak diciptakan untuk sepenuhnya siap menghadapi rentetan peristiwa semacam itu. Dari mimpi buruk tersebut terciptalah musuh akbar manusia, yaitu penyesalan.
Konsep Amor Fati diusung oleh seorang filsuf asal Jerman, yaitu Friedrich Nietzsche. Frasa ini berasal dari bahasa latin yang berarti ‘love of fate’ atau ‘mencintai nasib’. Nietzsche berpendapat bahwa hidup akan dirasa lebih baik jika kita dapat menerima tidak menyesali hal atau situasi yang berada diluar kendali. Sebagai makhluk yang tumbuh dengan kesombongan, emosi, dan idealisme yang kuat, manusia kerap lupa bahwa bumi tidak berputar mengelilinginya. Kita tidak memiliki dua tangan dengan kekuatan bak dewa untuk mengatur setiap peristiwa yang akan terjadi. Kegagalan berulang, busuknya hubungan antar individu, penyesalan yang tidak pernah berakhir, semuanya bukan hal yang dapat dimusnahkan saat kita enggan, namun kita dapat memilih seperti apa reaksi yang patut diberikan untuk hasil dari usaha yang telah dilakukan. Formula Amor Fati mengajarkan untuk menerima dan mencintai segala bentuk mimpi buruk dari pilihan yang kita ambil di masa lalu. Jika sebuah peristiwa terjadi di luar jangkauan, maka memang itu yang seharusnya terjadi, it is what it is. Jika kita tergoda dengan harapan ideal bagaimana seharusnya sesuatu yang tidak dapat kendalikan terjadi, maka bersiaplah untuk berhadapan dengan rasa kecewa. Tidak seharusnya kita membuang banyak tenaga untuk terus menderita dan berlarut-larut dalam lingkaran setan penyesalan, lebih baik menyimpannya untuk berusaha belajar lebih baik atau mencari jalan lain sebagai bekal hari esok.
Memang tidak alami bagi manusia untuk mencintai persoalan yang buruk atau tidak diinginkan, dan Amor Fati tidak mengajarkan kita menjadi orang yang pasif dan sembunyi akan suatu keadaan. Namun mencintai, belajar mengenai batasan diri, dan mengambil yang baik dan buruk untuk perkembangan diri sendiri. Kehilangan pekerjaan, pengkhianatan, ditinggalkan oleh orang terkasih, atau memiliki penyakit parah, bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Kita tidak bisa mengendalikan semuanya, but hey! Amor Fati! Pain, love, bitter, sweet, falling, grinding, that’s life!
“I want to learn more and more to see as beautiful what is necessary in things; then I shall be one of those who makes things beautiful. Amor fati: let that be my love henceforth! I do not want to wage war against what is ugly. I do not want to accuse; I do not even want to accuse those who accuse. Looking away shall be my only negation. And all in all and on the whole: someday I wish to be only a Yes-sayer.”
DAFTAR PUSTAKA
Amor Fati: The formula for human greatness. (2021, February 16). Daily Stoic. https://dailystoic.com/amor-fati-love-of-fate/
Friedrich Nietzsche and ‘Amor Fati’. (2019, May 8). In Other Words. https://inotherwords.ac/friedrich-nietzsche-and-amor-fati/
The School of Life. (2020, September 23). Articles from the School of life. Articles from The School of Life. https://www.theschooloflife.com/thebookoflife/nietzsche-regret-and-amor-fati/